Jumat, 14 Maret 2008

Bersatu Dalam Damai

Hari itu jum’at, 8 Februari 2008 jam 07.00 pagi, cuaca tidak begitu bersahabat, mendung dan agak gerimis, tapi kondisi ini sedikitpun tidak menyurutkan niatku untuk berangkat. Berangkat dari menjalin menuju satu kampung yang terletak di Kecamatan Toho.
Disepanjang kiri kanan jalan terhampar luas sawah yang menghijau sesekali ku lihat para petani sibuk mengerjakan sawahnya,di tempat terpisah yang jalannya agak berlobang laju kendaraan ku kurangi dan tidak jauh ditepi jalan itu aku melihat seorang bapak sedang berjongkok mengarit rumput, “mencari rumput Pak ? sapaku, orang tua itu menoleh sembari membetulkan topi yang dipakainya, Iya Nak. mau ke mana ? ia balik bertanya, ke Sambora jawabku”.
Perjalanan 14 Km yang ku jalani lumayan melelahkan tapi akhirnya aku sampai juga di suatu rumah yang menjadi target tujuanku, “selamat pagi bu’ ya selamat pagi, jawab si ibu sambil sibuk mengeluarkan termos es dan barang-barang jualan lainnya, Ada Bapak Bu ? ada, lagi mandi, silahkan masuk Pak...,iya bu, terima kasih”, dan sayapun masuk kerumahnya dan duduk diruang tamu.
Tidak berapa lama Pak Pendi pun keluar menemuiku, sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman terucap kata “sudah lama Pak Mikael ? barusan jawabku, sendiri kah ? iya Pak sendiri”,beliaupun duduk di kursi yang letaknya di sampingku.
Seketika itu juga sang ibu datang mengantarkan dua gelas kopi untuk kami, “silahkan pak, sambil diminum kopinya, iya bu’ terima kasih, sahutku”.
Sambil minum kopi kami larut dalam diskusi seputar sambora dan dia juga menceritakan suka dukanya memimpin masyarakat yang multy etnis apalagi bergelut dengan masyarakat yang basic pendidikannya boleh di katakan minim.
Orang tua setengah baya ini bernama Pak Pendi, beliau adalah salah satu penduduk yang sudah cukup lama tinggal di sambora dan setahun yang lalu baru terpilih secara langsung oleh masyarakatnya untuk menjadi pemimpin mereka sebagai Kepala Desa.
Rasanya tidak kurang dua jam kami ngobrol dan itu awal yang cukup berkesan bagi saya untuk mengenal sambora.
Sambora adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak, menurut saya desa ini merupakan salah satu desa yang sudah lumayan maju ketimbang desa desa lainnya terutama di bidang pertanian, sepanjang tahun penduduk di desa ini tidak pernah kekurangan beras, bahkan sebagian dari hasil pertanian mereka, mereka jual untuk memenuhi kebutuhan lainnya seperti untuk membangun rumah, membeli sepeda motor dan untuk biaya sekolah anak anak mereka. Pola pertanian yang mereka gunakan adalah dengan pola bergadu, pola tanam dua kali dalam setahun.
Selain mengandalkan hasil pertanian mereka juga mengandalkan hasil dari menoreh karet.
Norma norma hidup berdampingan dan rasa toleransi serta kegotongroyongan dalam masyarakat di desa Sambora masih tetap terpelihara dengan baik, ibi dibuktikan dengan ketika misalnya ada perselisihan ataupun perkelahian diantara mereka, tidak pernah membawa bawa nama kelompok atau etnis dan itu selalu mereka selesaikan secara kekeluargaan, tidak sampai berakhir di tangan aparat (polisi), begitu pula dengan mengerjakan lahan pertanian (bertani) mereka tidak sendiri sendiri tapi mereka membentuk kelompok yang dalam bahasa dayak di sambora disebut Balale’ artinya mereka membentuk kelompok untuk mengerjakan lahan pertanian dari lahan si A umpamanya kemudian beralih lagi ke si B dan begitu selanjutnya sehingga semua mereka yang tergabung dalam kelompok itu mendapat giliran.
Di desa ini tingkat saling menghargai antar sesama pemeluk agama juga terpelihara dengan baik, mereka tidak saling menjelek jelekkan, dan tidak pernah memandang agama ini bagus dan agama ini yang tidak bagus, tapi mereka memandangnya sama.
Dari pusat kecamatan, bila kita ingin pergi ke desa ini maka ada dua jalur/jalan yang bisa kita lewati yaitu lewat Anjungan maupun lewat Takong. Bila kita lewat Anjungan maka sebelum kita sampai kesana terlebih dahulu ada beberapa kampung yang kita lewati yaitu kampung Pak. Buluh, Kampung Ngarak dan Kampung Salatiga, bila kita menempuh jalur ini maka jaraknya 15 Km tapi jalan dari Anjungan sampai Salatiga beraspal dan bagus dan hanya dari Salatiga ke Sambora yang jalannya kurang bagus kira kira 2 Km,
Lain halnya bila kita lewat Takong maka ada beberapa kampung yang harus kita lewati yaitu Kampung P. Utan, Kampung Sibo dan Kampung Binuang dengan jarak tempuh 13 Km, dengan kondisi jalan banyak yang berlobang dan beberapa tanjakan. Kedua jalur ini bisa dengan menggunakan roda empat maupun roda dua.
Desa Sambora dihuni dengan 603 Kepala Keluarga yang tersebar di 2 dusun yaitu Dusun Sambora 1 (satu) dan Dusun Sambora 2 (dua) dengan 12 RT.
Komunitas yang mendiami desa ini terdiri dari dua etnis yaitu etnis Jawa dan etnis Dayak. Etnis Jawa merupakan penduduk mayoritas di desa ini dengan jumlah yang cukup besar yaitu 486 KK, dan etnis Dayak merupakan etnis yang minoritas yang hanya berjumlah 117 KK, yang sebagian besar tinggal dii RT.1, RT.7 dan RT.9.
Di Desa Sambora berkembang 3 agama yang dianut oleh masyarakat yaitu Agama Islam, Agama Kristen Protestan dan Agama Katolik dan masing masing memiliki tempat ibadah yang tidak berjauhan letaknya.
Di desa ini juga terdapat SD Negeri, Taman Kanak Kanak, dan Taman kanak Kanak ini diasuh oleh yayasan Al-Azhar dan Madrasah Tsanawiyah.

Read More..
zwani.com myspace graphic comments